TUGAS
PENGANTAR MANAJEMEN
PEMBAGIAN
KERJA DAN STRUKTUR ORGANISASI
&
KOORDINASI
DAN RENTANG MANAJEMEN
DI SUSUN OLEH : AHMAD SYAHRONI (20214706)
CHICO
FERDINAN P. (22214345)
HADI
WAHYU N. (24214657)
KEVIN
DWANA P. (25214825)
NIKO
BAYU H. (27214946)
RANDY
PUTU P. (28214897)
RIO
ASDIANGA (29214453)
RUDIYANTO (29214847)
TITAN
HERDIANTO (2A214790)
DAFTAR ISI
BAB I
PEMBAGIAN KERJA DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dalam
kamus besar Indonesia (KBI) pengertian organisasi adalah kesatuan
(susunan) yang terdiri atas bagian bagian orang dalam perkumpulan untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut
Chester I.Barnard
mengemukakan dalam buku beliau yang berjudul The Function Of The Executive,
“organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha usaha kerjasama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih.”
Menurut
Stephen P.Robbins
mengatakan bahwa “Organisasi ialah kesatuan aspek sosial yang terkordinasi
secara sadar, dengan satu batasan yang cukup relatif dan bisa diidentifikasi,
yang bekerja secara relatif dan terus menerus untuk mencapai tujuan kelompok
atau tujuan bersama.”
Menurut
J.William Schulze memberikan
pendapat, “organisasi adalah suatu penggabungan dari orang orang,benda
benda,alat alat perlengkapan,ruang lingkup kerja dan segala hal yang
berhubungan dengannya,yang disatukan dalam sebuah hubungan yang teratur dan
sangat efektif untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan.”
Berbeda
dengan Sir Stoner mengemukakan, “Organisasi
adalah sebuah pola yang menghubungkan orang orang di bawah arahan pimpinan
(manager) untuk mencapai atau mengejar tujuan bersama.”
Dari
beberapa definisi yang dikemukakan di atas, bisa kita tarik kesimpulan tentang pengertian organisasi
yaitu merupakan sekelompok orang yang terdiri dua orang atau lebih, secara
formal dan dipersatukan dalam sebuah kerjasama dalam untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
Tujuan
organisasi bisa terlihat dari sasaran yang harus dilakukan baik dalam tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang . Berikut ini pengelompokan dari
tujuan organisasi dari definisi prioritas tujuan tersebut :
- Tujuan umum, mengandung pernyataan yang luas atau tujuan dalam skala umum yang menggambarkan bagaimana terciptanya sebuah organisasi tersebut, dan tidak berubah dari waktu ke waktu dan menjadi landasan pertama dalam konstitusi sebuah organisasi.
- Tujuan merupakan gambaran dari apa yang harus dilakukan dengan spesifikasi yang jelas. Laporan setiap tugas terukur untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari sebuah kelompok, biasanya memiliki jangka pendek dan batas waktu tertentu.
B.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur
Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan
jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana
hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik
harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
Fungsi
struktur dalam sebuah organisasi adalah memberikan informasi kepada seluruh
manusia yang menjadi anggotanya untuk mengetahui kegiatan atau pekerjaan yang
harus ia kerjakan, berkonsultasi atau bertanggung jawab kepada siapa, sehingga
proses kerjasama menuju pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kejelasan gambaran
struktur organisasi akan memberikan kemudahan bagi pimpinan untuk
mendistribusikan jabatan kepada seseorang yang tepat, sehingga daya guna dan
hasil guna dapat terwujud.
Fungsi atau kegunaan struktur dalam sebuah organisasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
- Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
- Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
- Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
- Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin efektif dan dapat saling menguntungkan.
5.
Pola
dasar struktur organisasi sebaiknya tersusun relative permanen, artinya tidak
perlu selamanya mengalami perubahan. Dalam aktivitas yang dilakukan harus ada
jaminan fleksibilitas, artinya aktivitas itu senantiasa dapat diperluas
jangkauannya, namun pola dasar struktur organisasi tidak perlu mengalami
perubahan. Yang perlu mendapat perhatian dalam mengisi struktur organisasi
adalah manusia yang memiliki kompentensi yang sesuai dengan jenis tugas dalam
bagian-bagian tugas atau pekerjaan pada struktur tersebut. Penggolongan
aktivitas dalam struktur dapat kita bagi menjadi empat unsure : a)unsur
pimpinan; b)unsur pembantu pimpinan; c)unsur pelakasana tugas pokok; dan
d)unsur pelaksana tugas-tugas fungsional.
Berdasarkan
pola hubungan kerja dan aktivitas, wewenang serta tanggungjawab, maka
bentuk-bentuk organisasi dibedakan sebagai berikut
1. Struktur Organisasi Lini
Organisasi
bentuk garis di ciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur organisasi ini,
wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan. Begitu juga
sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di tujukan kepada
ataan yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang memakai struktur ini
adalah organisasi yang masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi
kerjanya masih sederhana
Ciri-Ciri:
Kesatuan
perintah terjamin; Pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan; Organisasi
tergantung pada satu pimpinan
2. Struktur Organisasi Fungsional
Struktur
organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. Struktur ini berawal dari
konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap
atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang ada
hubunganya dengan fungsi atasan tersebut. Setiap pegawai mempunyai pengawas
lebih dari satu orang atasan yang berberda-beda.
Ciri-Ciri
Struktur organisasi fungsional :
Tidak
menjamin adanya kesatuan perintah
Keahlian
para pengawas dan pegawai berkembang menuju spesialisasi
Penghematan
waktu dapat dilakukan karena mengerjakan pekerjaan yang sama
3. Struktur Oranisasi Garis dan Staf
Struktur
organisasi ini merupakan struktur organisasi gabungan yang di kembangkan oleh
Harrington Emerson. Struktur ini umumnya di gunakan oleh organisasi yang besar,
daerah kerja luas, bidang tugas yang beraneka ragam dan jumlah bawahan yang
banyak sehingga pimpinan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan memerlukan
bantuan staf. Staf adalorang ahli dalam bidang tertentu yang bertugas memberi
nasihat dan saran kepada pimpinan dalam organisasi tersebut.
4. Struktur Organisasi Fungsional dan Staff
Struktur
organisasi ini merupakan gabungan dari bermacam-macam struktur
organisasi.dengan memakai sistem gabungan ini di mungkinkan memilih, yang
menguntungkan di pakai yang merugikan di tinggalkan.
Struktur
Organisasi Di Buat Dengan Maksud :
Memperlihatkan
pola hubungan antara anggota organisasi dan sarana yang dimiliki agar setiap
anggota organisasi mengerti dengan jelas tugasnya, kewajiban, hak dan tanggung
jawab.
Pembagian
kerja merupakan dokumen formal organisasi yang berisi ringkasan informasi
penting mengenai suatu jabatan untuk memudahkan dalam membedakan jabatan yang
satu dengan yang lain dalam suatu perusahaan.
Pembagian
kerja tersebut disusun dalam suatu format yang terstruktur sehingga informasi
mudah dipahami oleh setiap pihak yang berkaitan di dalam perusahaan. Pada
hakikatnya, pembagian kerja merupakan bahan baku dasar dalam pengelolaan
sumberdaya manusia di organisasi, dimana suatu jabatan dijelaskan dan diberikan
batasan.
Menurut
Hariandja (2002) pembagian pekerjaan merupakan pernyataan tertulis yang
menggambarkan tugas – tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kondisi kerja serta
aspek – aspek lain dari sebuah pekerjaan yang biasanya ditulis dalam bentuk
cerita.
Pembagian
kerja akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh seorang pejabat yang
memegang jabatan tersebut. Pembagian pekerjaan ini menjadi dasar untuk menetapkan
spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi pejabat yang memegang jabatan
itu. Pembagian kerja yang kurang jelas akan mengakibatkan seorang pejabat
kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini mengakibatkan pekerjaan
menjadi tidak beres. Disinilah letak pentingnya peranan pembagian kerja dalam
setiap perusahaan atau organisasi (Hasibuan,
2007).
Manfaat
pembagian kerja untuk menentukan:
1. Ringkasan
pekerjaan dan tugas-tugas (job summary and duties)
2. Situasi dan
kondisi kerja (working condition)
3. Persetujuan
(Approvals)
Departementalisasi adalah proses penentuan cara
bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi
sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3.Wilayah
4.Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7.Pelayanan
8.Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3.Wilayah
4.Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7.Pelayanan
8.Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
Departentalisasi fungsional mengelompokkan
fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk
suatu satuanorganisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian
divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses
atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk.setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk.setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahah-kelemahan sturktur divisional secara lebih terperinci :
1. Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
1. Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
Perusahaan yang melekukan departentalisasi
diuntungkan dengan pembagian control dan koordinasi pada perusahaan tersebut.
Wilayah kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga untuk memimpinnya
menjadi lebih mudah.
a. Departementalisasi berdasarkan pelanggan
Maksudnya perusahaan akan melakukan pembagian
penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada yang bagian produk laki-laki ataupun
perempuan atau tua dan muda. Contohnya adalah pembagian penjualan produk Rexona
ada pembagian untuk produk remaja, laki-laki , perempuan ataupun yang xtra
berkeringat. Dengan dilakukannya pembagian ini penjualan akan lebih tepat
sasaran dan efisien
b. Departementalisasi berdasarkan produk
Maksudnya perusahaan akan mengelompokan
departemen sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan misalkannya pembagian
departeman barang untuk mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen
jasa untuk menangani produk yang berupa jasa
c. Departementalisasi berdasarkan proses
Maksudnya pembagian departemen berdasrkan proses
pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel dibagi atas divisi untuk
pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau meubel kemudian divisi
pengecatan
d.
Departementalisasi berdasarkan
geografis
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara
e.
Departementalisasi berdasarkan
fungsi
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan lain-lain.
Setelah melakukan pembagian tugas, maka yang harus dilakukan adalah menetapkan hierarki pengambilan keputusan. Bagaimana dalam perusahaan perusahaan yang besar diperlukan cara penentuan pengambilaan keputusan karena tidak mungkin seorang presiden direktur melakukan pengambilan keputusan pada suatu masalah di cabang daerah. Oleh sebab itu maka dibentuklah tingkatan-tingkatan pada organisasi yang mana di tiap tingkatan tersebut terdapat seorang manajer yang dapat memberikan keputusan dan dapat bertanggung jawab kepada pemimpin di atasnya. Sehingga para menajer tersebut memiliki kewenagan untuk melakukan tugas atau misi yang direncanakan oleh organisasi atau perusahaan namun manajer tersebut juga boleh melakukan inovasi-inovasi agar divisi dipimpinnya dapat berkembang dengan syarat harus sesuia dengan misi perusahaan, misalnya BNI 46 mempunyai bebarapa manajer yang mengawasi divisinya. Ada yang mengurusi cabang provinsi maupun cabang-cabang pada kota maupun kabupaten setiap manajer di kota tersebut memiliki kekuasaan untuk memutuskan apabila ada masalah dalam cabang tersebut namun apabila masalah tersebut terlalu besar (berdasarkan survey yang saya lakukan waktu semester lalu) dapat dilaporkan ke pusat misalnya adalah peminjaman uang yang terlalu besar. Maka manajer cabang akan menghubungi kantor cabang provinsi atau pusat terlebih dahulu. Selain itu untuk melakukan pengorganisasian yang baik diperlukan komunikasi yang baik antar kantor cabang di adakan rapat antar kantor cabang yang membicarakan masalah-masalah yang ada pada tiap divisi maupun pada kantor cabang selain itu pada rapat ini sebagai tempat untuk memberiakan pengarahan ataupun misi kepada para manajer pimpinan cabang maupun divisi untuk dapat mengembangkan divisi atau cabangnya.
BAB II
KOORDINASI DAN RENTANG MENEJEMEN
A. PENGERTIAN KOORDINASI
Koordinasi
(coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien.
Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
B. KEBUTUHAN KOORDINASI
Menurut James D. Thompson, ada tiga macam
saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence) bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interpendence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence) bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interpendence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Masalah-masalah pencapaian
koordinasi yang efektif
Empat perbedaan dalam sikap dan cara kerja diantara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu;
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standart yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Empat perbedaan dalam sikap dan cara kerja diantara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu;
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standart yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
C. MEKANISME PENGKOORDINASIAN DASAR
1. Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag
formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan
integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan
yang tepat.
2. Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani
kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien
untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian
melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.
Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan
satuan-satuan oraganisasi.
D. MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
1. Sistem informasi vertikal.
Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati
tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar
rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam
kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi
internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan.
Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan
lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat
hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan lateral, yaitu:
a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat
meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
b. Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar
departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c. Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi
secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk
bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
d. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh
misal manajer produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau
proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang
terus menerus dari seseorang.
e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan
menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan
implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan
pada d di atas tidak secara efektif
mengoordinasikan tugas tertentu.
f. Organisasi matriks,
suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian
proyek-proyek yang kompleks.
E. PENGURANGAN KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Ada beberapa metode untuk mengurangi kebutuhan akan
koordinasi, yaitu:
1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber
daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja.
Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan
masalah-masalah yang timbul berkurang.
Teknik
ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan
organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung
jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).
F. RENTANG MANAJEMEN
Rentang manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan
manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar
tergantung jumlah bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen
berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh
seorang manajer. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah
bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik.
Istilah-istilah lain rentang manajemen:
- span of control
- Span of authority
- Span of attention atau span of supervision
Hubungan rentang manajemen dan koordinasi adalah semakin besar jumlah
rentang, semakin sulit untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara
efektif.
Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
- Retang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus
mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien.
Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya.
- Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi
akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen
puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan
menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen
semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
G. JUMLAH RENTANG YANG IDEAL
Menurut Henri
FayolJumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan oleh setiap pengawas
produksi dalam organisasi adalah 20 sampai 30 karyawan, sedang setiap kepala
pengawas (superintendent) dapat mengawasi hanya 3 atau4 pengawas produksi.
Menurut V.A.
Graicunas Dalam memilih suatu rentangan, menajer harus mempertimbangkan
tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan yang
diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam kelompok dua atau
lebih. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai hubungan dengan
setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda, yaitu kombinasi dari
setiap dua karyawan, dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.
Pendekatan Graicunas:
|
R
= Jumlah Hubungan
n = jumlah bawahan
Menurut Lyndall F.
UrwickTidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja
lebih dari lima, atau paling banyak enam bawahan.
Menurut Jendral
Ian HamiltonOtak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup yang
efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia lainnya.
Meskipun begitu jumlah rentang menejemen yang mutlak
ideal sulit ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti
besarnya organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat
manajemen dan sifat-sifat pekerjaan lainnya. Karena itu para penulis hanya dapat menemukan rentang
yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi
organisasi pada umumnya.
H. RENTANG MANAJEMEN DAN TINGKATAN
PENJELASAN
Suatu organisasi (secara teoritik) dengan 32 tenaga operatif ditunjukan dalam tiga struktur rentang manajemen, di mana setiap struktur memerlukan jumlah manajer yang berbeda.
Suatu organisasi (secara teoritik) dengan 32 tenaga operatif ditunjukan dalam tiga struktur rentang manajemen, di mana setiap struktur memerlukan jumlah manajer yang berbeda.
1. Pada struktur 1, seorang menajer mengawasi secara
langsung keseluruhan 32 bawahan, yang menghasilakn rentang manajemen yang
sangat lebar dan struktur organisasi yang datar (flat).
2. Pada struktur 2, menunjukan rentangan manajemen yang
lebih sempit dan struktur organisasi yang lebih tinggi.
3. Pada struktur 3, dengan retang manajemen hanya 4 ada 11
manajemen dengan 3 tingkatan, yang membuat rentang manajemen sangat sempit dan
struktur organisasi sangat tinggi.
I. RENTANG MANAJEMEN LEBAR VERSUS SEMPIT
1. Rentang Manajemen Yang Melebar
Alasan
digunakan Tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan
waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.
1. Lebih banyak jumlah tingkatan yang dilalui informasi,
lebih besar kemungkinan penyimpangan atau distorsi.
2. Penambahan tingkatan menajemen memakan biaya, karena
memerlukan penambahan gaji meterial.
3. Penggunaan sumber daya manajer secara efisien.
Alasan
digunkan: pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam
organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar.
1. Penggunaan rentang manajemen terlalu melebar berarti
manajer tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan efektif dan
mencurahkan perhatiannya kepada seluruh bawahan secara perseorangan.
2. Koordinasi dan kooperasi berkembang baik, karena setiap
individu mengelola fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.
Pada dasarnya faktor-faktor pengaruh yang dipertimbangkan
adalah:
- Kesamaan fungsi-fungsi
Semakin sejenis fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh
kelompok kerja, rentangan semakin melebar.
- Kedekatan geografis
Semakin dekat kelompok kerja ditempatkan, secara fisik, rentangan
semakin melebar.
- Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan
Semakin sedikit pengawasan lengsung dibutuhkan, rentangan
semakin melebar.
- Tingkat koordinasi pengawasan yang dibutuhkan
Semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, rentangan
semakin melebar.
- Perencanaan yang dibutuhkan manajer.
Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan, rentangan
semakin melebar.
- Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas.
Lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam
fungsi-fungsi seperti penarikan, latihan, dan pengawasan mutu, rentangan
semakin melebar.
Secara
ringkas, tidak ada rumusan ajaib yang dapat menentukan ukuran rentang manajemn
yang tepat. Contigency approach dalam mana ukuiran rentangan bervariasi menurut
beberapa variabel memberikan pengertian tersebut.
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi.
Rentang manajemen dapat relatif melebar bila:
A. Pekerjaan bersifat rutin
B. Operasi-operasi stabil
C. Pekerjaan bawahan sejenis
D. Bawahan dapat bekerja tidak tergantung satu dengan lain
E. Prosedur-prosedur dan metoda-metoda dibuat secara baik
dan telah diformalisasi
F. Pekerjaan tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang
tinggi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bawahan
Rentang
manajemen dapat relatif melebar bila:
A. Bawahan adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu.
B. Bawahan lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan atasan.
Rentangan manajemen dapat relatif melebar bila:
A. Manajer adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi.
B. Manajer menerima bantuan dalam pelaksaan
kegiatan-kegiatan pengawasannya.
C. Manajer tidak mempunyai kegiatan-kegiatan tambahan selama
pengawasan dilaksanakan.
D. Manajer lebih menyukai gaya pengawasan yang lepas
daripada ketat.
J.PRINSIP – PRINSIP MANAJEMEN
Prinsip-
prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :
1. Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan
kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like
and dislike.Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan
memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Wewenang
dan tanggung jawab (Authority and
responsibility)harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil
wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap
karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan
taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini
berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya,
maka disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin
terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan
sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
Karyawan
harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang
diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik.
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan
kesatuan pengarahan (unity of
directiion) tidak dapat terlepas dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan
tanggung jawab (Authority and
responsibility), Disiplin (Discipline),
serta Kesatuan perintah (Unity of
command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan
mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus
mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan
menuju sasarannya.
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan sendiri
Prinsip
pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud,
apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin
yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi
sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi.
7. Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya
lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama
perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan hetidak
disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu
pekerjaan. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat
bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan
bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk
menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang
ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority). Pemusatan
wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan.
Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi
atau manajer puncak.
9. Hirarki (tingkatan)
Hirarki
diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya
berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan
mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat
perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian
kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki.
10. Ketertiban (Order)
Ketertiban
dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan
maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan
disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan
pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa
bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.
11. Keadilan dan
kejujuran
Keadilan
dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan.
Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan
memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu
syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
12. Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai
makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran.
Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau
akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan
karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan
lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan
adanya ketertiban dalam kegiatan.
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti
menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan.
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa
menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian
pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan,
pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa
karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang
bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan
karyawannya.
14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat
kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap
karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat
kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara
yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa
bencana. Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik
Fungsi dari para manajer bervariasi menurut
tingkatan setiap di perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan
manajemen pada badan usaha besar biasanya terdapat tiga tingkatan
manajemen, yaitu
2.
Manajemen
Tingkat Puncak (Top Management)
Manajemen tingkat puncak
merupakan tingkatan tertinggi dalam manajemen. Biasanya yang menduduki
manajemen ini adalah direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur,
dan sebagainya. Jika di dalam kelas, maka yang menjadi manajemen tingkat puncak
adalah ketua dan wakil ketua. Tugas manajemen tingkat puncak adalah membuat
rencana jangka panjang, menetapkan tujuan dan misi organisasi, serta strategi
yang digunakan. Manajemen puncak juga harus dapat mengembangkan semua rencana
yang telah dibuat dan mengadakan hubungan dengan pihak luar.
3.
Manajemen
Tingkat Menengah (Middle Management)
Posisi manajemen tingkat
menengah berada di bawah manajemen puncak. Tugas manajemen menengah adalah
mengalihkan rencana, misi, dan tujuan yang dibuat oleh manajemen puncak ke
dalam program yang lebih spesifik. Biasanya yang termasuk manajemen menengah
adalah manajer, kepala devisi, kepala cabang, dan sebagainya.
4.
Manajemen
Tingkat Pertama (First Line Management atau Supervisory)
Manajemen tingkat pertama
merupakan tingkatan yang paling rendah. Manajemen tingkat pertama dapat juga
disebut supervisor. Tugas dari manajemen ini adalah membawahi langsung pekerja
dan bertanggung jawab atas tugas mereka. Mereka juga yang selalu memberikan
motivasi pada karyawan dan menetapkan prestasi yang layak diterima karyawan.
Manajemen tingkat pertama terdiri atas supervisi, ketua kelompok, dan
sebagainya.
L. KEGIATAN MANAJER
Berikut
adalah kegiatan /
tugas-tugas penting yang dilakukan para manajer, yaitu:
1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang
lain.
Istilah
“orang” disini merupakan para bawahan maupun atasan dalam suatu organisasi, dan
juga individu-individu di luar organisasi. Misalnya, pelanggan, supplier,
pemerintah, dan lain sebagainya.
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan
tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas.
Setiap
manajer akan menghadapi sejumlah tujuan, masalah, kebutuhan organisasional yang
saling bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang sifatnya terbatas. Oleh
karena itu, manajer harus menjaga keseimbangan diantara berbagai tujuan dan
kebutuhan organisasional.
3. Manajer bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan.
Para
manajer ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk mencapai
“sukses”. Mereka juga dievaluasi atas apa yang mereka kerjakan. Sehingga
manajer harus bertanggung jawab secara total atas apa yang dilakukan oleh
bawahnnya dan mempertanggungjawabkan tugas dan jabatannya. Sukses atau
kegagalan bawahan adalah cerminan langsung sukses atau kegagalan manajer.
4. Manajer harus berpikir secara analitis dan
konseptual.
Manajer
harus mampu merinci dan memisah-misahkan suatu masalah menjadi
komponen-komponen masalah, menganalisis komponen-komponen tersebut, melihat
pengaruh setiap komponen, dan mampu mencari penyelesaian yang layak dan
optimal (feasible) serta
akurat. Yang lebih penting lagi adalah seorang manajer harus memiliki pandangan
secara konseptual, yaitu pandangan yang menyeluruh terhadap semua aktivitas
yang terjadi di dalam organisasi.
5. Manajer adalah seorang mediator.
Suatu
organisasi terdiri dari banyak orang yang berbeda pandangan dan bertentangan
pendapat. Bila hal itu terjadi maka akan menurunkan semangat kerja dan
produktivitas, sehingga suasana kerja menjadi tidak stabil dan luwes. Seorang
manajer harus mampu sebagai mediator yang memberikan jalan tengah dan solusi jika
terjadi pertentangan dalam organisasi.
6. Manajer adalah seorang politisi.
Seperti
yang dilakukan seorang politisi, maka seorang manajer harus mampu
mengkampanyekan program-program yang dibuat agar mendapatkan dukungan terhadap
kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Setiap manajer yang efektif mampu “memainkan
politik” dengan mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak baik
internal maupun eksternal organisasi.
7. Manajer adalah seorang diplomat.
Manajer
harus berperan sebagai wakil yang “representatif” bagi organisasi yang
dipimpinnya pada setiap pertemuan-pertemuan organiasasional untuk mempererat
hubungan kerja dan menindaklanjuti setiap program yang ingin dilaksanakan.
8. Manajer harus mampu mengambil
keputusan-keputusan yang sulit.
Seorang manajer harus mampu mengambil
resiko terhadap setiap keputusan yang dibuat. Setiap organisasi akan selalu
mengalami kesulitan untuk keberlangsungan organisasi, apakah itu kesulitan
finansial, sumber daya, maupaun budaya organisasi itu sendiri.
M. PERAN-PERAN MANAJER
Menurut Henry Mintzberg ada
10 macam. Peranan-peranan tersebut merupakan himpunan dari sejumlah aktivitas
para manajer yang diperoleh melalui suatu studi yang mendalam. Kesepuluh
peranan yang dimaksud adalah :
1. Figurehead role (peran sebagai kepala)
Peranan untuk mewakili
organisasi yang dipimpinnya dalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul
secara formal.
2.
Leader Pole (Peran Pemimpin)
Peranan untuk menjadikan
unit organisasiny berfungsi sebagai sesuatu kesatuan dalam mencapai tujuan
dimana manajer perlu mengarahkan,memotivasi dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk bekerja bagi pengikutnya.
3.
Liaison role (peran penghubung)
Peranan yang mengharuskan
manajer melakukan interaksi dengan teman sejawat,staff dan orang-orang lain
yang berada diluar organisasinya untuk mendapatkan informasi.
4.
Monitor role (peran pemantau)
Peranan yang mengharuskan
seorang manajer untuk menjadi pencari,penerima dan pengumpul informasi agar
supaya mampu mengembangkan pengertian yang baik dari organisasi yang
dipimpinnya.
5.
Disseminator role (peran penyebar)
Peran yang menempatkan
manajer sebagai penyebar informasi keseluruh jajaran organisasi yang menjadi
tanggung jawabnya. Ini dimungkinkan karena ia memiliki akses pada semua informasi
melalui peran monitor nya.
6.
Spokesman role (peran juru bicara)
Peran manajer untuk mewakili
organisasi untuk menyampaikan informasi ke luar lingkungan organisasinya.
7.
Entrepreneur role (peran wirausaha)
Peran sebagai pemakrasa dan
perancang bagi sejumlah perubahan yang terkendali dalam organisasinya.
8.
Disturbance-handler role (peran penghalau gangguan)
Peran yang membawa manajer
untuk bertanggung jawab ketika organisasinya mengalami krisis yang sering kali
tidak direncanakan sebelumnya.
9.
Resource allocator of role (peran pembagi sumber-daya)
Peran manajer sebagai
penentu di dalam mengalokasi sumber daya,seperti keuangan/dana untuk kegiatan
tertentu di dalam organisasi.
10.
Negotiator role (peran perunding)
Peran yang menempatkan
manajer sebagai perunding (negotiatir) baik dengan pihak-pihak dalam lingkungan
organisasi maupun pihak luar guna pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
organisasi.
Dari
semua peran diatas selanjutnya dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok perilaku
manajer,yaitu:
1.
Perilaku antar-pribadi (interpersonal
behavior) yang terdiri dari: peran pemimpin,kepala dan perantara;
2.
Perilaku pemrosesan informasi (information
processing behavior) yang terdiri dari: monitor,penyebar dan juru bicara,dan
3.
Perilaku pengambilan keputusan (decision making
behavior) yang meliputi: wirausaha,penghalau gangguan,pembagi sumber daya dan
perunding.
N. KETERAMPILAN MANAJEMEN
Manajerpadatingkat
yang lebihrendah. Robert L.Katzmenggolongkanketrampilandasarmanajermenjaditigagolongan,
yaitu :
1. KeterampilanTeknis (Technical Skill)
Kemampuanuntukmenggunakankeahliandalammelakukantugastertentu.Ketrampilaninisangatdibutuhkanbagi
seorang manajer
2. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)
Kemampuanbekerjasamadengan orang lain.
3. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)
Kemampuanuntukmelihatsituasisecaraluas (Comprehensive)
sertamampumemecahkanpersoalan yang akanmemberikanmanfaatbagimereka yang
perludiperhatikan.
Selaintigaketrampilandasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkanduaketrampilandasar yang perludimilikimanajer, yaitu:
4. Keterampilan manajemen waktu
Merupakanketrampilan yang merujukepadakemampuanseorangmanajeruntukmenggunakanwaktu
yang dimilikinyasecarabijaksana. Griffin mengajukancontohkasus Lew Frankfort
dari Coach. Padatahun 2004, sebagaimanajer, Frankfort digaji $2.000.000 per
tahun.Jikadiasumsikanbahwaiabekerjaselama 50 jam per minggudenganwaktucuti 2
minggu, makagaji Frankfort setiapjamnyaadalah $800 per jam—sekitar $13 per
menit. Dari sanadapatkitalihatbahwasetiapmenit yang terbuangakansangatmerugikanperusahaan.
Kebanyakanmanajer, tentusaja, memilikigaji yang jauhlebihkecildari
Frankfort.Namundemikian, waktu yang merekamilikitetapmerupakan asset berharga,
danmenyianyiakannyaberartimembuang-buanguangdanmengurangiproduktivitasperusahaan.
5. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara
terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling
utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).
Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang
manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap
alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik.
Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih
serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Stoner A.F. James . 1986.MANAJEMEN
.New Jersey ; Intermedia http://nuwrileardkhiyari.blogdetik.com/2013/09/28/struktur-organisasi/
No comments:
Post a Comment